Liontin-nya
Sudah sekian lama aku kuliah di kampus baruku ini,
hari-hari sebelumnya memang tidak ada yang aneh sama sekali tetapi hari ini aku
melihat seorang gadis di halte depan fakultasku, tapi kurasa dia bukan salah
satu mahasiswi di sini. Ya, gadis itu semampai denganku, rambutnya berwarna
pirang, matanya yang sipit dan bagiku dia sangat cantik. Tetapi ada yang aneh,
dia terus memandang liontin yang baru kupakai hari ini dari halte hingga di
dalam bus. Dan kurasa dia menyukai liontin ini, secara liontin ini pemberian
nenekku, memang sih umur liontin ini sudah sangat tua tetapi warnanya
sangat indah dan akan menyala di dalam kegelapan.
Sudah satu minggu berlalu dan aku selalu mimpi buruk di
setiap tidur. Tidak hanya itu, gadis berambut pirang yang pernah kutemui di
halte selalu muncul di dalam mimpiku dan selalu memandang liontin pemberian
nenekku ini. Tepat pada hari ini aku berulang tahun ke 20 tahun tetapi
aktivitasku selalu sama seperti biasanya yaitu pergi ke kampus. Ketika pulang
aku bertemu gadis yang pernah kutemui satu minggu yang lalu di halte,
perilakunya tetap sama. Dia terus memandang liontin ini, dan rasanya agak
kurang baik kalau aku tak mengajaknya berkenalan. Aku pun mendekatinya “Hai”
sapaku.
Gadis berambut pirang itu hanya membalasku dengan sebuah
senyuman tipis, “Hai, aku Alex. Aku sangat tidak asing melihatmu, bolehkah kita
berkenalan?”
Gadis itu memandangku datar “Namaku Anne,” ucapnya.
Tiba tiba kepalaku sangat pusing dan pandanganku tiba-tiba
menghitam, tanpaku sadari aku terjatuh di tanah saat baru berkenalan dengan
gadis berambut pirang itu.
Aku terbangun dan ada wajah perempuan di depanku sangat
dekat, wajahnya sangat hancur dan sangat mengerikan, aku pun langsung berteriak
sangat keras, ternyata itu hanyalah sebuah mimpi dan aku pun langsung terbangun
dari pingsan. Tapi anehnya saat aku terbangun, aku sudah berada di kamar nenek.
Ya, nenek yang memberikan liontin yang kupakai ini. Aku sangat kebingungan dan
mendatangi nenek yang ternyata sedang asik menonton televisi di ruang tamu.
“Nek, kok aku bisa disini sih?” tanyaku sangat kebingungan.
Tetapi nenek hanya membalasnya dengan santai, “panjang
ceritanya, sana dih cuci muka dulu.”
Aku pun langsung pergi ke dalam kamar mandi untuk cuci
muka, tiba-tiba pintu kamar mandi tertutup sangat keras. Aku sangat kaget
tetapi mencoba untuk tetap tenang, kubasahi mukaku dan kurasa ada yang menatap
dari belakang, kucoba toleh ke belakang ternyata tidak ada siapa siapa,
tiba-tiba saat kutolehkan ke depan cermin, aku melihat wajah Anne di cermin
sangat menyeramkan dengan muka pucat dan mata yang merah sedang menatapku
sangat tajam. Karena kaget aku berteriak sangat keras hingga nenek datang
menghampiri ku di kamar mandi.
“Kamu ngeliat Anne ya?” ucap nenek dengan santai. Aku sangat
kaget nenekku mengetahui nama gadis yang kutemui di kampus sore tadi, padahal
aku tidak pernah bercerita sama sekali tentangnya.
“Nenek kenal?” tanyaku bingung.
Nenek pun langsung menarikku ke ruang tamu dan langsung
menyuruhku duduk di sofa dan tiba tiba nenek memberikan kusebuah foto kusam di
mana di dalam foto tersebut ada dua bayi yang salah satunya menggunakan liontin
yang kupakai ini. “Kamu tau liontin yang kamu curi itu milik Anne!” ucap nenek
sangat tegas. Ya benar, aku tidak dikasih nenek tapi aku mencurinya ketika
sedang bermalam di rumah nenek minggu lalu.
“Maaf, Nek aku tidak bilang perihal liontin ini, tapi
kenapa Nenek kenal dengan Anne?” tanyaku kebingungan.
Nenek mendekatiku dan menunjuk foto di hadapanku sambil
berkata, “Jadi bayi perempuan yang menggunakan liontin ini adalah kembaranmu
dan sebenarnya kamu dilahirkan kembar pengantin tetapi Tuhan sangat sayang
dengannya, jadi Tuhan ambil dia kembali ketika baru dilahirkan. Ibu dan ayahmu
memberikan liontin ini kepadanya dan mereka memberikannya nama dengan nama Anne
Margareta.”
Aku sangat kaget dan masih tidak percaya dengan hal itu, tiba-tiba lampu rumah nenek mati dan Anne muncul di depan televisi sambil tersenyum tipis dan menghampiriku sambil menunjuk ke arah liontin yang kupakai ini. Nenek menyuruhku mengembalikan liontinnya kepada Anne. Kulepaskan liontin itu lalu kuberikan kepada Anne dan tiba-tiba dia langsung menghilang dalam sekejap mata. Aku masih kebingungan dan masih tidak percaya dengan hal ini, lalu nenek memelukku dengan sangat kuat sambil menangis dan berkata “Akhirnya kamu bertemu dengan kembaranmu yah.”
Karya : Muhammad Saufi
Tidak ada komentar