Three Sided Mirror. Third Side; Altara Hares Pradhika

Altara Hares Pradhika, namanya sendiri cukup membuat dirinya bertanya Tanya. Kenapa namanya di buat se-random itu?. Walaupun dia tidak pernah benar benar diberitahu apa maksud dari namanya itu, dia cukup mandiri untuk mencari tahu sendiri, karana namanya sendiri membuatnya berpikir, atas dasar apa tiga suku kata itu di gabungkan? Setahunya Altara yang berarti Bintang, Hares yang berarti kelinci, dan Pradhika dalam bahasa jawa yang berarti anak yang diberi kelebihan. Apa itu juga typo saat penulisan namanya di akte kelahiran? Hares tidak tahu, sejujurnya ‘kelinci’ yang berada di tengah-tengah namanya itu agak mengganggu. Meski begitu, Hares merasa lebih baik menjadi kelinci daripada bintang.

Entahlah apakah orang tuanya memikirkan arti di balik nama nama tersebut atau hanya berpikir soal estetikanya saja. Tapi satu hal yang Hares tahu, mereka menginginkan Hares menjadi Altara, orang tuanya ingin dia menjadi bintang, orang tuanya ingin Hares menjadi yang terbaik.

Itu hal yang Hares sesali, sejak kecil dia biasa dipanggil dengan nama Altara, orang tuanya memanggilnya begitu, begitu pula teman temannya. Dia tidak masalah, dia tidak tahu itu. Sampai pada ketika dia menyadari bahwa dengan nama itu orang tuanya bukan berdoa agar Hares menjadi bintang kelak.

Bukan berdo'a melainkan menuntut.
Hares harus selalu menjadi lebih baik dari temannya, Hares harus selalu menjadi juara kelas, Hares harus memenangkan olimpiade, Hares harus membanggakan orang tuanya, begitulah tuntutan atas namanya.


Mulanya semua berjalan baik baik saja, di sekolah dasar Hares selalu mendapat peringkat satu, dia selalu membuat papa bangga. Namun ketika memasuki sekolah menengah pertama memperebutkan ranking jelas lebih sulit ketimbang di sekolah dasar. Kala itu semester satu dan Hares mendapat peringkat dua di kelas, papa masih bisa memaklumi. Namun di semester dua pun Hares tampaknya belum bisa bikin papa bangga lagi. Hares mendapat peringkat tiga di semester akhirnya di kelas 7. Meski seharusnya peringkat tiga besar sudah tinggi, tapi tampaknya itu belum cukup untuk papa dan mama.

Memasuki kelas delapan mungkin hari hari dimana Hares sudah gagal menjadi kebanggaan, tidak ada lagi motivasi dari mama atau papa, nilainya terus turun hingga tidak lagi di tiga besar, dia turun terlalu jauh. Bukan hanya orang tuanya, dia bahkan kecewa pada diri sendiri. 


Di rumah terutama ketika makan malam tidak lagi seperti dulu, dimana papa akan memuji jika Hares mendapat nilai 100 pada tugasnya, mama akan mengusap kepalanya dan bilang kalau Hares anak yang pintar. Tidak ada lagi hal seperti itu. Yang sering terjadi di meja makan adalah Papa yang bilang kalau nilainya terus menurun dan mama akan bilang bahwa Hares anak yang malas, itu membuatnya tidak nyaman, terlebih ketika orang tuanya mulai membandingkan dirinya dengan anak sepantarannya yang lain. Hares benci itu, kemudian dia benci makan bersama.
Jika bisa menghindar, maka dia akan menghindar walaupun dia sadar betul bahwa itu membuat jarak antara dia dan orang tuanya, tidak apa, tidak masalah.

Namun sampai di sana saja tidak cukup, setelah tidak pernah lagi masuk 3 besar, tidak lagi pernah memenangkan olimpiade, dia bahkan tidak lulus tes masuk di SMA favorit di pusat kota, membuat papa dan mama semakin kecewa. Dalam hatinya, dia tidak ingin pergi ke sana, tidak dengan sekolah elit, tidak ada lagi persaingan memperebutkan nilai. Hares membenci itu sekarang.


Ada satu hal yang paling Hares ingat sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil jalannya sendiri. Di SMP dia tidak terlalu banyak memiliki teman, salah satunya adalah anak perempuan bernama Ananda Felisa yang entah kenapa dipanggil Apel. Felisa pernah bilang setelah lulus dia ingin mendaftarkan diri di sekolah teknik mesin. Kata Felisa sekolah teknik mesin didominasi oleh laki laki, kebanyakan dari mereka tidak terlalu peduli dengan nilai, tidak akan ada lagi persaingan memperebutkan nilai yang membuatnya muak.

Hares ingin masuk ke sekolah teknik mesin saja, namun dia tidak tahu apakah itu tempat yang cocok untuknya atau tidak, Hares tidak pernah berurusan dengan mesin. Lalu Felisa bilang kalau Hares sebenarnya punya bakat di seni, dia pandai menggambar walau selama ini hares tidak terlalu mendalami bidang itu. Felisa bilang itu bakat alaminya lalu menyarankan beberapa sekolah yang kiranya cocok untuk Hares. 

Begitulah kiranya mengapa dia sampai berakhir di sekolah kejuruan ini. Di sekolah kecil ini Tidak ada persaingan tidak masuk akal tentang nilai, jurusan impiannya, itu yang dia inginkan.

Penulis: Saidatun Najmi

Sumber Foto: Pinterest

Three Sided Mirror. Third Side; Altara Hares Pradhika Three Sided Mirror. Third Side; Altara Hares Pradhika Reviewed by LPM Lensa Poliban on Rabu, Oktober 04, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar