Tak Bisa Bersama
Namaku Yaya. Saat ini aku sedang duduk
dibangku SMK kelas 10 C Multimedia semua orang tau aku sebagai seseorang yang
ceria dan sangat suka berteman dengan banyak orang. Aku mempunyai teman
dimana-mana tapi hanya satu sahabat terdekatku yaitu Aulia. Aku sangat suka belajar
terkecuali pelajaran Animasi menurutku animasi lebih susah 2x lipat dari
matematika dan dari situlah cerita Aku dan Dia dimulai.
Suatu hari Ibu Guru menyuruh kami ke ruangan
praktek untuk mengerjakan tugas praktek animasi, disaat itu diriku sangat
kesusahan dalam membuat animasi bergerak melihat deadline waktu yang sangat
mepet, rasanya aku ingin menangis karena tugasku belum juga selesai. Aku
mencoba meminta bantuan ke sahabatku tapi dia pun belum selesai juga, disitu
aku kebingungan bagaimana menyelesaikan tugas ini tapi tiba-tiba ada seseorang
yang berbicara didepanku dan berkata “Mau kubantu?” disitu aku langsung
menengok orang itu ternyata dia Adrian teman sekelasku yang pediam dan tidak
banyak bergaul dan aku hanya menganggukan kepala disaat dia menawarkan
bantuan ke diriku tidak lama setelah itu tugasku akhirnya selesai “Makasi
udah mau bantu aku, Adrian” ucapku, kemudian Adrian berkata “Sama-sama” lalu
pergi setelah membantuku.
Keesokan harinya, ketika jam istirahat aku melihat Adrian berjalan kekantin sendirian lalu aku memanggilnya “Adrian”, Aku berjalan mendekatinya “Kenapa?” ucap Adrian, “mau kekantin kan, bareng aku aja sekalian aku traktir karna udah bantu aku kemarin” kata diriku dengan senyuman, “Ga usah, aku emang mau bantu, ngeliat kamu udah mau nangis kemarin”, entah kenapa ketika dirinya berucap itu ada rasa yang aneh tapi aku tidak tahu apa, “Gapapa aku yang traktir” ucapku yang tanpa sadar menarik tangannya menuju kekantin. Dari situlah hubungan aku dan adrian semakin hari semakin dekat, kami sering bercerita tentang banyak hal sering kali juga Adrian membantu ketika aku kesusahan dalam tugas.
*****
Hari-hari berlalu, dan membuatku sadar aku
mempunyai rasa ke Adrian. Saat itu dikelas aku bilang ke Aulia yang ada disampingku
“Au, aku suka sama Adrian” ucapku dengan pelan, Aulia yang mendengar hal itu
kaget “Yang bener Aya!” dengan suara
yang sedikit keras, “beneranlah” kataku ke Aulia dengan muka yang kesal, “Kamu
ga salah kan, kamu masih gatau Adrian itu beda” aku yang kebingungan lalu
bertanya ke Aulia “Beda apanya?”, “Kamu dan Adrian itu beda keyakinan Aya, dia
kristen sedangkan kamu islam, kamu yakin mau ngelanjutin perasaan kamu?”,
mendengar hal itu ada sedikit perasaan sakit tapi aku berusaha untuk tidak terlalu
memikirkan hal itu, “Jalanin aja dulu” ucapku mendengar perkataanku tersebut Aulia
hanya bisa pasrah.
Beberapa hari kemudian, disaat sekolah mulai sunyi
karena sudah jam pulang dan aku sedari tadi hanya berdiri digerbang sekolah
menunggu Bunda untuk menjemput yang tak kunjung datang, “Yaya” seseorang
memanggil dan menarik tanganku “Eh iya, kenapa?” kataku sambil menoleh
kebelakang, “Belum dijemput?” tanya Adrian kepadaku, “Iya nih Bunda dari tadi
delum datang”, “Bareng sama aku aja sekalian”. Akupun menerima tawarannya untuk
mengantarkan ku. Selama di perjalanan kami berbincang tentang café yang baru
saja buka di tempat berbelanja di kota kami, saat sedang asik berbicara tentang
hal itu Adrian tiba-tiba mengajakku ke café baru tersebut awalnya aku merasa
aneh kenapa dia ingin mengajakku tapi aku pun menerima ajakannya tersebut, tak
kerasa akupun sudah sampai dirumah ketika aku ingin masuk ke dalam adrian
sempat berkata “Sampai ketemu malam nanti ya” ucap dirinya dan aku hanya
menganggukan kepala sambil tersenyum lebar.
Malam harinya. Aku melihat Adrian sedang duduk
diruang tamu tengah mengobrol dengan bunda. Aku yang sedang bersiap pun tidak
sadar kalau Bunda sudah ada dikamar aku, sewaktu itu aku kaget dan Bunda bilang
tiba-tiba ke diriku seperti ini “Aya, Bunda tidak pernah melarangmu untuk dekat
sama siapapun tapi jika dia berbeda denganmu Bunda tidak menyetujuinya” ucap Bunda
lembut tetapi ada rasa sedikit khawatir dan aku yang medengar hal itu terdiam
sejenak kemudian akupun berkata “Bunda dia hanya temanku” untuk meyakinkan Bunda.
Bunda pun hanya tersenyum melihatku lalu ketika bunda ingin keluar dari kamar
ku dia mengingatkanku untuk solat dulu sebelum pergi akupun me-iyakannya, tak
berselang dari itu Aku dan Adrian berpamitan ke Bunda untuk pergi.
Pada malam itu banyak hal yang kulakukan
dengan Adrian yang awalnya hanya mengujungi café baru itu kemudian kewahana
bermain yang ada di tempat berbelanja itu dan ada satu hal yang membuat diriku
bahagia pada waktu itu Aku dan Adrian resmi berpacaran tanpa mengingat apa yang
baru saja Bunda bilang ke diriku pada malam itu.
*****
Hari-hari berlalu, bulan-bulan berlalu banyak
hal yang baru kami lakukan bersama seperti kami mengikuti organisasi bersama,
magang di tempat yang sama selama 6 bulan, lalu mengikuti kepanitian bersama. Saat
ini Aku ditunjuk sebagai ketua kelas dan Adrian sebagai wakil ketua yang ada
dikelas kami, semua teman-teman disekolahku sudah tidak kaget lagi melihat Aku
dengan Adrian selalu bersama entah kenapa bukannya hubungan ini semakin renggang
malah semakin erat.
*****
2 tahun berlalu, sekarang aku sudah kelas 12. Aku
dan Adrian masih tetap bersama dan kami tidak pernah memikirkan perbedaan yang
ada di kami. Saat ini Aku dan Adrian tengah sibuk mempersiapkan ujian akhir, ditengah
kesibukan yang ada kami menyempatkan untuk meluangkan waktu bersama waktu itu Adrian
berjanji kepadaku selepas ujian akhir sudah usai di akan mengajak diriku untuk
bertemu dengan orang tuanya untuk meperkenalkan diriku sebagai pacarnya tentu
aku yang saat itu sangat bahagia selama 2 tahun ini aku belum pernah bertemu
dengan orang tuanya.
1 minggu telah berlalu, ujian akhir kami pun
telah selesai sesuai dengan janji Adrian kepadaku minggu lalu, selepas pulang
sekolah dia mengajakku untuk kerumahnya dengan masih memakai seragam sekolah. Sesampainya
kami dirumahnya dia langsung mengajakku untuk masuk kedalam ketika itu aku
melihat orang tuanya sedang ada diruang tamu sambil menonton tv. Mereka pun
sadar atas kehadiran kami, awalnya mereka kebingungan melihat diriku sampai Adrian
berucap “Pah, Mah ini Yaya pacarnya Rian” ucap Adrian kemudian Ibu Adrian
berucap “Ouh ini Yaya yang sering kamu ceritain itu” dengan tersenyum. Selama
ini kukira Adrian tidak pernah bercerita tentang diriku ternyata aku salah. Ibunya
menyuruhku untuk duduk diruang tamu itu kemudian aku melihat Adrian pergi
kekamarnya. Ketika itu Ibu dan Ayahnya mengajakku mengobrol tentang nantinya aku
akan kuliah dimana dan mengobrol singkat mengenai hubungan kami. Sedang asik
mengobrol aku melihat Ibu Adrian pergi ke dapur dan akupun masih melanjutkan obrolanku dengan Ayahnya.
Disaat sedang asik mengobrol tiba-tiba perutku
mulas aku mencoba menahannya tapi sepertinya tidak bisa akhirnya akupun
bertanya ke Ayahnya dimana letak toiletnya, Ayahnya pun memberitahuku. Ketika
aku ingin pergi ke toilet aku mendengar suara Adrian dan Ibunya seperti sedang
berdebat dari arah dapur. Akupun mendekat kearah suaranya itu lalu aku
mendengarkan mereka “Mama gamau tau kamu dan dia harus akhiri hubungan ini
secepatnya” ucap Ibunya “Tapi ma…” kata Adrian dengan lesu, “Tapi apalagi Rian
sudah cukup jelaskan dia memakai jilbab itu sudah nunjukan kamu dan dia itu
berbeda, kenapa kamu masih tetap ngelanggar perintah Tuhan!” ucap Ibunya dengan
amarah, “Mama ingatkan lagi secepatnya akhiri hubunganmu ini sebelum rasa
kalian berdua semakin dalam dan pada akhirnya kalian hanya akan menemukan rasa
sakit” sambung Ibunya. Bagaikan pisau yang menusuk didadaku rasanya sakit
sekali ketika Ibunya mengucapkan hal itu
tidak lama dari itu aku mendengar suara langkah mendekat, aku buru-buru
kembali keruang tamu dengan melupakan tujuan awalku tadi.
*****
Beberapa hari setelah kejadian itu aku mengajak Adrian kecafe yang menjadi awal hubungan ini dimulai. Hari itu aku memberitahu semuanya. Aku mendengar apa yang Ibunya ucapkan kedirinya saat aku kerumahnya. Akupun memberitahu semua apa yang Ibunya katakan itu benar adanya, sambil menahan tangis akupun mengatakan “Kita akhiri hubungan ini sampai sini saja”, aku melihat dirinya sudah lesu dengan berlinang air mata. Aku yang tidak sanggup melihatnya kemudian memeluk dirinya sangat erat dan ini merupakan pelukan dan pertemuan terakhir kami. Aku selalu berdoa untuk dirimu agar selalu bahagia tanpaku dan menemukan pengganti diriku. Terima kasih atas waktu dan hal baru yang kudapatkan selama bersama denganmu.
Tidak ada komentar