Pentingnya Kehadiran Organisasi Mahasiswa dalam Perkembangan Diri Mahasiswa

    Di dunia perkuliahan, organisasi mahasiswa menjadi wadah penting yang membantu perkembangan diri mahasiswa. Selain menjadi tempat bersosialisasi, organisasi mahasiswa memperkaya keterampilan yang berharga untuk kehidupan pribadi dan profesional.
    Namun, kebijakan kampus yang membatasi kegiatan organisasi pada hari-hari libur justru berpotensi merugikan perkembangan tersebut. Bahkan membatasi ruang eksplorasi bagi mahasiswa untuk bertumbuh dan berkembang secara maksimal.
    Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan dalam organisasi mahasiswa berdampak signifikan pada berbagai aspek kemampuan diri. Sebagai contoh, penelitian Rahman (2021) mendapati bahwa mahasiswa yang aktif dalam organisasi memiliki tingkat kemandirian dan rasa tanggung jawab yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlibat.
    Melalui organisasi, mahasiswa bisa belajar mengelola waktu dan sumber daya dengan lebih efektif, ditambah keterampilan yang tidak bisa diperoleh sepenuhnya di dalam kelas. Kebijakan pembatasan akses pada akhir pekan ini membuat kita bertanya-tanya: Bagaimana mahasiswa bisa mengasah kemandirian yang diperlukan untuk hidup di lingkungan masyarakat jika ruang eksperimen mereka justru dibatasi?
   Keberadaan organisasi mahasiswa di perguruan tinggi juga memainkan peran besar dalam mem-bangun keterampilan kepemimpinan. Menurut Lee et al. (2023), mahasiswa yang aktif dalam peran kepemimpinan organisasi cenderung lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja. Lewat posisi kepemimpinan ini, mahasiswa belajar mengelola tim, menyusun program kerja, hingga mengatasi berbagai kendala yang mungkin muncul. Keterbatasan akses pada hari libur, tanpa disadari, mengurangi kesempatan mereka untuk mengasah dan mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang tangguh di masa depan.
    Jika kampus memiliki visi untuk melahirkan lulusan yang kompeten dan siap menghadapi dunia kerja, maka kebijakan yang mendukung aktivitas organisasi mahasiswa seharusnya diprioritaskan. Sebaliknya, pembatasan yang diterapkan saat ini tampak seperti paradoks: di satu sisi kampus mengharapkan lulusan yang mandiri dan berintegritas, namun di sisi lain mereka membatasi wadah utama mahasiswa untuk belajar dan berkembang di luar kelas. 
    Sungguh ironis jika kampus yang seharusnya menjadi rumah kedua bagi mahasiswa malah membatasi aktivitas organisasi, khususnya pada hari-hari libur ketika mahasiswa memiliki waktu yang lebih luang. Apakah kampus takut bahwa kegiatan mahasiswa akan mengganggu ketertiban kampus? Jika ya, mengapa tidak mengupayakan pendekatan yang lebih bersifat kolaboratif, seperti bekerja sama dengan organisasi mahasiswa untuk mengatur jadwal kegiatan agar sesuai dengan ketertiban kampus? 
   Banyak pihak yang sering menyebut organisasi sebagai “sekolah kehidupan” bagi mahasiswa, dan sebutan ini tidak berlebihan. Keterlibatan dalam organisasi mengajarkan mahasiswa lebih dari sekadar keterampilan teknis mereka untuk belajar membangun empati, memahami kerja tim, dan meningkatkan kesadaran sosial. Lewat kegiatan organisasi pula, mahasiswa belajar mengatasi konflik, mengelola tekanan, hingga belajar memimpin kelompok. Tanpa ruang yang memadai untuk berorganisasi, mahasiswa akan sulit mendapatkan pengalaman ini.
    Di sisi lain, organisasi juga menjadi tempat yang aman bagi mahasiswa untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional. Terbatasnya waktu untuk berkegiatan di kampus dapat mengurangi kesempatan mereka untuk berinteraksi dengan rekan-rekan organisasi, yang selama ini menjadi support system yang solid. Ketika ruang ini dipersempit, potensi mahasiswa untuk berkembang secara emosional dan sosial pun menjadi terbatas. Kampus, yang seharusnya menjadi tempat yang inklusif, malah terlihat seperti meminggirkan kegiatan yang bisa mendorong kesejahteraan mental mahasiswa.
     Kehadiran organisasi mahasiswa di perguruan tinggi bukan sekadar pelengkap, tetapi suatu kebutuhan dalam pembentukan karakter mahasiswa. Jika kampus menginginkan lulusan yang berintegritas, tangguh, dan siap menghadapi dunia nyata, maka kebijakan yang lebih fleksibel dalam mendukung aktivitas organisasi mahasiswa sangat diperlukan. Kampus seharusnya menjadi ruang terbuka bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri, bukan tempat yang membatasi eksplorasi dan membungkam inisiatif.
    Sebagai mahasiswa, kita perlu menyuarakan pentingnya kebijakan yang mendukung ruang eksplorasi mahasiswa, terutama dalam aktivitas organisasi. Dengan fleksibilitas yang lebih baik, organisasi mahasiswa bisa berfungsi maksimal sebagai wadah pengembangan diri, memperluas wawasan, dan membentuk karakter yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Daftar Pustaka:
Lee, A., Smith, J., & Brown, R. (2023). Leadership Skills Development through Student Organizations: A Comparative Study. Journal of Leadership Studies, 18(3), 78-92.
Rahman, F. (2021). Autonomy and Responsibility: The Growth of Students Involved in Campus Organizations. Journal of Student Affairs Research and Practice, 58(4), 301-315.

Penulis: LPM Lensa
Pentingnya Kehadiran Organisasi Mahasiswa dalam Perkembangan Diri Mahasiswa Pentingnya Kehadiran Organisasi Mahasiswa dalam Perkembangan Diri Mahasiswa Reviewed by LPM Lensa Poliban on Selasa, November 05, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar