Dari Poliban ke Hanyang University: Perjalanan Inspiratif Nur Syifa Nadya Rahmi di Program IISMA 2024

 


    Nur Syifa Nadya Rahmi, seorang mahasiswi Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) Jurusan Teknik Elektro, Program Studi (Prodi) D4 Sistem Informasi Kota Cerdas (SIKC), berbagi pengalaman inspiratifnya sebagai peserta program beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2024.
    IISMA merupakan program beasiswa yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Republik Indonesia, yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di universitas ternama di luar negeri selama satu semester. Program ini bertujuan untuk memperluas wawasan, meningkatkan kualitas akademik, serta mempererat hubungan antarbangsa.
     Syifa mengaku mendaftar program ini atas rekomendasi dari dosennya di poliban, dengan impian un-tuk merasakan studi di luar negeri. Menurutnya, proses seleksi IISMA cukup menantang. Ia mempersiapkan berbagai dokumen seperti transkrip nilai, sertifikat kemampuan bahasa Inggris, dan esai. "Kami dibimbing oleh Kantor Urusan Internasional Poliban yang membantu kami menonjolkan poin penting dalam esai," jelasnya. Setelah lolos seleksi administrasi, ia mengikuti wawancara yang menekankan personal branding dan tujuan masa depan.
    Dalam program ini, Syifa memilih Hanyang University ERICA di Korea Selatan sebagai kampus tujuan. Pilihan ini didasarkan pada kriteria seperti lingkungan studi yang menggunakan bahasa Inggris, fasilitas ibadah, serta ketersediaan makanan halal.
    Pada Universitas tersebut, Syifa memilih Jurusan Informatics Technology (Cyber Security). Pilihan ini didasarkan pada peraturan yang mengharuskan mahasiswa vokasi menyesuaikan jurusan yang diambil dengan prodi yang sedang dijalani. Selain itu, jurusan tersebut relevan dengan bidang teknologi informasi yang merupakan fokus studinya di Poliban. Kombinasi ini memberikan nilai tambah dalam mendukung pengembangan kompetensi akademik dan profesional Syifa selama program IISMA.
    Di Hanyang University ERICA, sistem pembelajaran memiliki beberapa perbedaan dibandingkan de-ngan Poliban. Tidak ada sistem paket mata kuliah seperti di Poliban, tetapi setiap mahasiswa mendaftar mata kuliah secara manual sesuai kebutuhan semester.
    Sebagai mahasiswa kunjungan, Syifa hanya dapat memilih empat mata kuliah, terdiri dari tiga mata kuliah jurusan dan satu mata kuliah tambahan, yaitu Survival Korean. Selain itu, beberapa kelas diberi label khusus seperti teori, praktik, atau proyek kelompok.
    Dalam pembelajaran, Profesor bertanggung jawab atas pengajaran teori, sementara sesi praktik di-kelola oleh Asisten Dosen. Evaluasi akademik di universitas ini bersifat fleksibel, tanpa aturan ketat seperti wajib hadir. Penilaian lebih berfokus pada pencapaian nilai, penyelesaian tugas, serta hasil proyek yang menjadi indikator utama keberhasilan mahasiswa. 
    Penyesuaian diri Syifa dengan budaya dan sistem pendidikan di Hanyang University ERICA berjalan cukup mudah. Setiap kelas memiliki aturan penilaian yang berbeda, mulai dari kelas praktikal dengan tugas mingguan, kelas teori dengan tugas opsional untuk nilai tambahan, hingga kelas teori dan praktik yang memerlukan proyek kelompok sebagai penilaian akhir. 
    Pengalaman unik lainnya adalah mengikuti kelas dengan jadwal malam, Syifa merasa itu merupakan sesuatu yang baru baginya. Meski sistemnya mirip dengan Poliban, mahasiswa di Hanyang cenderung lebih ambisius dan sangat menghargai waktu. Di sekitar kampus, tersedia banyak kafe dan ruang studi di setiap gedung yang memberikan lingkungan belajar yang mendukung. Kebiasaan menyusun jadwal di kalender menjadi hal penting di sana, mencerminkan penghargaan tinggi mereka terhadap manajemen waktu.
    Selama mengikuti program IISMA, Syifa tetap terikat dengan organisasi di Poliban, meskipun me-nghadapi tantangan dalam membagi waktu. Banyak rapat diadakan secara online, namun ia sering tidak bisa hadir karena kelas dan kegiatan malam di luar jam kuliah. Selain itu, grup IISMA tempatnya bergabung juga memiliki tugas-tugas khusus, termasuk branding kelompok di media sosial dan pelaksanaan acara.
    Grup ini memiliki struktur organisasi dengan Student Representative (SR) dan Co-SR yang memimpin kelancaran program. Meski demikian, Syifa berusaha untuk tetap aktif dalam organisasi di Poliban dengan menyelesaikan tugas yang masih diemban serta menjaga komunikasi agar tetap dapat berkontribusi secara optimal.
    Tantangan terbesar yang dihadapi Syifa selama proses seleksi beasiswa IISMA adalah keraguan, baik dalam aspek idealisme maupun keuangan. Proses pendaftaran memerlukan biaya untuk menyiapkan dokumen seperti surat kesehatan, surat bersih kepolisian, dan dokumen kampus lainnya. Namun, berkat dukungan dari dosen-dosen dan izin orang tua, Syifa memantapkan hati untuk mencoba. "Saya memilih untuk fokus pada usaha terbaik yang bisa saya lakukan, karena setiap langkah adalah bagian dari proses pembelajaran," ungkapnya dengan penuh semangat.
    Pengalaman paling berkesan bagi Syifa selama mengikuti program IISMA di Hanyang University ERICA adalah berteman dengan mahasiswa internasional dari berbagai negara. Ia merasa kesempatan ini sangat berharga karena dapat bertemu dengan sesama penerima IISMA di universitas tempatnya belajar maupun di negara yang sama. "Bertemu orang-orang baru membuat saya bisa memperluas jaringan relasi, menciptakan memori indah, dan belajar banyak tentang budaya mereka," ujarnya dengan antusias. Interaksi ini tidak hanya memperkaya pengetahuan Syifa tentang keberagaman, tetapi juga memperkuat pemahaman lintas budaya yang menjadi salah satu tujuan utama dari program IISMA. 
    Salah satu keterampilan yang paling berkesan bagi Syifa selama mengikuti IISMA adalah kemampu-annya dalam memperkenalkan budaya Indonesia ke kancah internasional melalui event CULTURISE. Acara ini menjadi tugas utama para penerima IISMA sebagai duta negara untuk mempromosikan kekayaan budaya Indonesia kepada khalayak luar. "Melalui CULTURISE, kami tidak hanya mengenalkan budaya Indonesia, tetapi juga belajar budaya dari berbagai daerah sesama penerima IISMA yang berasal dari seluruh Indonesia," ungkapnya. Syifa merasa bahwa pengalaman berbagi tradisi, bahasa, dan cerita daerah masing-masing ini tidak hanya mempererat hubungan antar awardee, tetapi juga memperluas wawasan budaya secara mendalam.
    Pengalaman Syifa menjadi bukti bahwa peluang belajar di luar negeri terbuka lebar bagi mahasiswa Poliban yang berani bermimpi dan berusaha keras. Program IISMA tidak hanya memberikan pengalaman akademik, tetapi juga memperluas wawasan budaya dan jaringan relasi internasional.

Penulis: Achmad Ismail, Muhammad Rayyan Aziqro dan Akhmad Hafiz Azhari
Dari Poliban ke Hanyang University: Perjalanan Inspiratif Nur Syifa Nadya Rahmi di Program IISMA 2024 Dari Poliban ke Hanyang University: Perjalanan Inspiratif Nur Syifa Nadya Rahmi di Program IISMA 2024 Reviewed by LPM Lensa Poliban on Jumat, Desember 13, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar